Pemasangan Lantai
Pemasangan lantai biasanya dimulai bila semua pekerjaan bagian atas, seperti pemasangan atap, plafon, dan plesteran dinding dan pekerjaan bagian bawah, seperti pemasangan pipa-pipa riolering telah selesai dilaksanakan.
Permukaan dasar tanah yang akan dipasang lantai harus diberi urugan terlebih dahulu. Tujuan dari pengurugan adalah agar tidak terjadi penyusutan tanah yang dapat mengakibatkan lantai menjadi tidak kokoh dan pecah. Bahan yang digunakan untuk urugan adalah tanah urug atau pasir urug dengan ketebalan 15-20 cm.
Langkah pengurugan adalah sebagai berikut.
1. Permukaan tanah dibersihkan dari kotoran, seperti sisa-sisa adukan, potongan kayu, sisa gergajian dan Iain-lain.
2. Jika urugan cukup tebal (> 20 cm ), urugan tanah dibuat berlapislapis, dengan tebal setiap lapisan 15-20 cm dengan cara dipadatkan alat pemadat yang dialiri air sampai jenuh. Hal ini dilaksanakan sampai permukaan tanah tidak menunjukkan penurunan lagi.
3. Pekerjaan selanjutnya urugan pasir diatasnya yang pelaksanaannya seperti pada pelaksanaan diatas.
Ketentuan Umum Pemasangan Lantai Ubin
Lantai ubin terdiri dari ubin semen portland yang bahannya merupakan campuran pasir dengan semem dan permukaannya dari lapisan semen Portland murni, granite dan sebagainya. Menurut motifnya dibedakan atas ubin galasan, ubin-sisik, ubin-kembang dan sebagainya. Ukuran ubin biasanya 15 X 15; 20 X 20 dan 30 X 30 cm dengan tebal 2cm.
Ketentuan umum pemasangan ubin lantai yang menggunakan bentuk segi empat dengan menggunakan spesi/adukan adalah sebagai berikut;
1. Tentukan letak titik tertinggi sebagai dasar muka lantai, yang biasanya diambil dibawah pintu.
2. Pemasangan pertama dilakukan di bawah pintu dengan menggunakan adukan.
3. Dari muka atas pasangan pertama ditarik benang kearah sudutsudut ruangan lalu pada masing-masing sudut dipasang satu pasangan lantai sebagai pedoman untuk tinggi muka lantai.
4. Dari tempat pasangan lantai sudut ditarik benang-benang sejajar tepi ruangan untuk menetapkan letak titik-titik antara atau tengahtengah ruangan.
5. Di tempat-tempat tersebut dipasang patok. Pada patok dipakukan papan untuk tarikan-benang, seperti pada pemasangan papan bangunan. Pemasangan papan harus datar dan diperiksa dengan alat sipat datar.
6. Dari papan-papan ini direntangkan benang untuk tarikan benang pemasangan. Mula-mula ditarik benang dari pasangan lantai pertama di dekat pintu, kemudian pada arah tegak lurus direntangkan juga benang untuk tarikan-benang kearah silang lainnya.
7. Dari tempat tarikan benang tersebut dimulai pemasangan satu baris ubin lantai.
8. Untuk tiap pemasangan dipakai adukan yang cukup untuk luas satu pasangan ubin lantai. Bahan lantai didesak dengan kekuatan sedang sampai rata dan sejajar dengan benang-tarikan.
9. Pemasangan berikutnya kearah tegak lurus terhadap arah pemasangan pasangan yang pertama, begitu seterusnya, sehingga bagian ujung sudut ruangan terpasang penuh dengan ubin lantai.
10. Pemasangan dilakukan dengan cara mundur menuju kearah pintu agar ubin lantai yang telah selesai dipasang tidak terganggu oleh pemasangan lantai berikutnya, sebab adukannya belum mengeras.
11. Untuk menjaga agar pemasangan ubin yang telah selesai tidak rusak. maka pada tempat-tempat tertentu diletakkan papan untuk jalan di atasnya.
Gambar VI-1, Ketentuan Umum Pemasangan Ubin Lantai
Gambar VI-2, Benang Tarikan Sebagai Pedoman Pemasangan Ubin